Friday, January 27, 2012

Potlot Adventure

Potlot Adventure


Menyusuri Ambarawa dengan Kereta Tua

Posted: 26 Jan 2012 06:51 PM PST

UDARA dingin dengan suhu 21 derajat Celcius di pagi buta terasa menusuk tulang. Kabut tipis minggu ketiga bulan ini juga terlihat menutupi pegunungan yang menjulang di arah selatan, utara dan barat Kota Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Saat melangkahkan kaki di kota kecil yang berjarak 30 kilometer dari Kota Semarang atau 60 kilomeSter dari Yogyakarta itu, bisa merasakan nuansa yang khas.

Ambarawa juga menawarkan aneka lokasi wisata yang menakjubkan dari wisata sejarah, agrowisata, wisata petualangan pegunungan hingga kuliner terdapat di sana.

Keindahan wilayah Ambarawa sempat menggugah minat penjajah Belanda untuk menjadikannya jadi tempat peristirahatan mereka. Di situ terdapat Benteng Williem I sebagai tangsi bagi tentara Belanda yang masih berdiri kokoh hingga sekarang. Dulu banyak penggede-penggede Belanda yang berlindung di sana saat diusik para pejuang.

Sebagai simbol kolonialisme di Ambarawa, Belanda juga tak segan-segan membangun stasiun kereta terbesar di dunia. Maka jika Anda berkunjung ke sana terasa kurang afdol jika tidak mengunjungi museum kereta api tersebut.

Memasuki Kota Ambarawa dari Semarang Anda akan dibuat takjub karena hamparan pemandangan danau (Rawapening) di sebelah selatan dengan latar belakang pegunungan Telomoyo dan Merbabu yang menjulang. Di utara Gunung Ungaran dan barat berdiri pegunungan Jambu.

Setibanya di daerah perkotaan Anda dapat langsung mengunjungi museum kereta api dengan koleksi puluhan kereta api kuno yang sulit dijumpai di negara manapun, bahkan negara pembuatnya sendiri.

Sekadar menyebut, di situ ada lokomotif seri CC50 buatan Schweizericche Lokomotiv und Maschinenfabrik Winterthur, Swiss dan Werkspoor, Belanda (1927). Lokomotif tercepat di dunia pada masanya yang mampu berjalan 120 km perjam seri C28 buatan Henschel dan F10 buatan Hanomag Jerman juga ada di sana.

Bahkan di Stasiun Willem I (kini Stasiun Ambarawa) yang diresmikan pada 21 Mei 1873 , sebuah lokomotif uap bergerigi B 2502 berbahan bakar kayu jati dengan dua gerbong kayu bercat hijau tua masih dioperasikan dan bisa Anda dinikmati . “Di dunia, lokomotif tua seperti ini tinggal tiga unit. Dua lainnya masing-masing di India dan Swiss,” kata Sumarno, pengamat keret api.

Perjalanan wisata dengan lokomotif tua, yang melewati rute Stasiun Ambarawa – Bedono sepanjang sembilan kilometer membawa keasyikan tersendiri. Dari dalam kereta tua itu Anda bisa menatap takjub alam pegunungan dan hamparan perkebunan di sisi kanan dan kiri yang diikuti semilir sejuk angin yang terhembus dari jendela kereta tua.

Dengan tarif Rp3,25 juta untuk carteran atau Rp50.000 per orang ongkos reguler, Anda sudah dapat menikmati suasana lampau di dalam kereta yang berjalan dengan kecepatan hanya 10 km per jam.

Pada empat kilometer pertama pemandangan perkampungan nan bersahaja akan dijumpai hingga sampai Stasiun Jambu. Setelah itu Anda akan mengakui takjub dengan teknologi lampau. Kereta api akan berhenti dan loko langsir berpindah ke belakang mendorong dua gerbong yang berjalan menanjak.

Dari stasiun Jambu sekitar 200 meter, jalan menanjak memaksa loko mengeluarkan jurus ampuhnya yaitu menggunakan gerigi yang bergerak berputar menapaki lempengan besi khusus yang dipasang di bagian tengah. Sungguh trip yang mengasyikan.

Rawapening

Belum puas menaiki wilayah pegunungan dengan kereta api tua berkapasitas 80 penumpang, wisatawan masih dapat menikmati indahnya danau Rawapening.

Dalam perjalanan ini, kereta api akan berjalan sekitar satu jam menyusuri pesisir Rawapening dan Anda dapat melihat hamparan danau seluas 3.000 hektare yang diramaikan oleh para nelayan yang hilir mudik dengan perahu tradisionalnya. Danau Rawapening dihuni berbagai jenis ikan air tawar.

Bagi wisatawan pecinta olahraga memancing kesempatan itu sangat langka. Hanya dengan menyewa perahu nelayan setempat seharga Rp25.000 perhari, Anda dapat mengarungi danau berair tenang itu sambil melepaskan umpan ikan.

Jika beruntung, ikan air tawar seperti gurame, tawes, kutuk (gabus), wader ukuran besar dan kecil akan menjadi milik Anda. Tidak itu saja, view gunung Merbabu dan Telomoyo yang melatarbelakangi danau sungguh memaksa mata Anda untuk menatapnya takzim.

Sembari menikmati indahnya panorama rawa dan gunung, di sisi yang berlawanan ada areal perkebunan kopi dan cokelat peninggalan Tlogo Maatscappij Amsterdam (1856) yang terhampar menghijau siap disapa mata juga. Sungguh pengalaman wisata yang memanjakan mata dan pikiran wisatawan.(M-1)

Nikmati Kereta Kelinci di Kaliurang

Posted: 26 Jan 2012 06:11 PM PST

OBJEK wisata Kaliurang di kawasan selatan kaki Gunung Merapi, sampai saat ini masih diminati keluarga. “Objek wisata yang berjarak 30 kilometer ke arah utara dari pusat Kota Yogyakarta itu, setiap hari libur panjang akhir pekan selalu ramai dikunjungi wisatawan domestik,” kata Ketua Asosiasi Perhotelan Kaliurang (Aspek), Christian Awuy kemarin.

Menurutnya, objek wisata perbukitan di wilayah Dusun Kaliurang, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu, masih menjadi pilihan utama wisatawan terutama keluarga.

“Bagi wisatawan, banyak pilihan untuk menikmati liburan bersama keluarga di tempat ini. Mulai dari menyewa hotel, menikmati menu khas makanan seperti jadah dan tempe, pisang emas hingga aktivitas olah raga trekking yang menantang,” katanya.

Ia menyatakan optimistis objek wisata Kaliurang masih bisa eksis dan bertahan, karena daya tariknya tidak hanya pada hawa sejuk dan panorama alam yang indah, tetapi juga suasana lingkungan dan alam pedesaan yang menjadi pilihan tersendiri bagi wisatawan.

“Bagi orang kota terutama yang hari-harinya selalu disibukkan dengan pekerjaan rutin, berlibur ke Kaliurang tentu terasa mengasyikkan, sekaligus menyegarkan fisik dan pikiran,” katanya.

Meningkatnya jumlah pengunjung Kaliurang menurut Christian diharapkan berdampak pada peningkatan tingkat hunian sekitar 250 hotel terdiri kelas bintang, melati maupun pondok wisata.

Fasilitas di Kaliurang
Fasilitas di objek wisata ini di antaranya taman rekreasi seluas 10.000 meter persegi yang dilengkapi taman bermain anak-anak, dan kolam renang mini.

Selain itu, juga tersedia gardu pandang untuk melihat puncak Gunung Merapi, dan bumi perkemahan. Di kawasan Kaliurang juga terdapat Taman Wisata Bukit Plawangan dan Bukit Turgo. Di dekat Taman Wisata Bukit Plawangan terdapat kolam renang Tlogo Putri yang airnya dari mata air lereng bukit itu.

Untuk menikmati pemandangan di Kaliurang, wisatawan bisa berkeliling menggunakan kereta mini atau yang dikenal dengan sebutan “kereta kelinci”. Kereta tersebut melewati gardu pandang di pinggir Kali Boyong atau di sisi barat kawasan Kaliurang. Dari gardu pandang itu wisatawan bisa melihat dengan jelas puncak Gunung Merapi pada saat cuaca cerah. (Ant/*/OL-08)

0 comments: