Tuesday, January 31, 2012

Potlot Adventure

Potlot Adventure


Ayo Menikmati Keindahan Pantai Bangka Belitung

Posted: 30 Jan 2012 07:21 PM PST

TIDAK ada habisnya memuji Belitung dengan segala keindahan pantainya. Pantai Parai Tenggiri salah satunya. Pantai ini termasuk sebagai pantai popular dan eksklusif di Provinsi Bangka Belitung karena pantai tak lagi dikelola pemerintah melainkan pihak swasta yang menangani secara profesional.

Kini kawasan Pantai Parai Tenggiri ditetapkan sebagai kawasan wisata hijau dengan sebutan Parai Green Resort. Pihak pengelola pantai memiliki kepedulian tinggi akan keselamatan lingkungan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengurangi penggunaan bahan-bahan yang bisa mencemari pantai.

Yang menjadi daya pikat pantai adalah keberadaan bebatuan karang berukuran besar dengan aneka bentuk unik yang mungkin tak bisa dijumpai di daerah lain. Di atas bebatuan tersebut pengunjung bisa duduk-duduk santai. Pada malam hari pengunjung bisa menikmati pemandangan pinggir pantai yang disinari lampu dari kapal-kapal yang sedang berlayar.

Bagi yang hobi memancing tersedia sederetan perahu di pinggiran pantai yang bisa disewa lengkap dengan peralatan memancing. Jika ingin kegiatan yang lebih menantang, pengunjung bisa memilih banana boating atau parasailing. Pengunjung juga bisa melakukan diving untuk menikmati kekayaan terumbu karang.

Pantai Parai Tenggiri berada di daerah Matras, Desa Sinar Baru, Kecamatan Sungai Liat, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung.

Di kawasan Pantai Parai Tenggiri dibangun dua resort oleh pihak pengelola, yaitu Parai Pool Vilas Resort & Spa dan Parai Beach Resort & Spa. Fasilitas kedua resort di antaranya hotel, restoran, pemancingan ikan, areal outbond dan spa. (wisatamelayu.com/*/X-13)

Potlot Adventure Selanjutnya...

Sunday, January 29, 2012

Alamendah's Blog

Alamendah's Blog


Mari Menanamkan Budaya Menanam Pohon

Posted: 29 Jan 2012 06:35 AM PST

Mari menanam pohon dan mari menanamkan budaya menanam pohon. Kenapa?. Satu alasan saja; rata-rata sebatang pohon mampu menghasilkan oksigen hingga 1,2 kg dalam sehari. Padahal seorang manusia rata-rata menghirup 0,5 kg O2 perharinya. Jadi sebatang pohon yang ditanam, akan mampu … Continue reading

Alamendah's Blog Selanjutnya...

Friday, January 27, 2012

Potlot Adventure

Potlot Adventure


Menyusuri Ambarawa dengan Kereta Tua

Posted: 26 Jan 2012 06:51 PM PST

UDARA dingin dengan suhu 21 derajat Celcius di pagi buta terasa menusuk tulang. Kabut tipis minggu ketiga bulan ini juga terlihat menutupi pegunungan yang menjulang di arah selatan, utara dan barat Kota Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Saat melangkahkan kaki di kota kecil yang berjarak 30 kilometer dari Kota Semarang atau 60 kilomeSter dari Yogyakarta itu, bisa merasakan nuansa yang khas.

Ambarawa juga menawarkan aneka lokasi wisata yang menakjubkan dari wisata sejarah, agrowisata, wisata petualangan pegunungan hingga kuliner terdapat di sana.

Keindahan wilayah Ambarawa sempat menggugah minat penjajah Belanda untuk menjadikannya jadi tempat peristirahatan mereka. Di situ terdapat Benteng Williem I sebagai tangsi bagi tentara Belanda yang masih berdiri kokoh hingga sekarang. Dulu banyak penggede-penggede Belanda yang berlindung di sana saat diusik para pejuang.

Sebagai simbol kolonialisme di Ambarawa, Belanda juga tak segan-segan membangun stasiun kereta terbesar di dunia. Maka jika Anda berkunjung ke sana terasa kurang afdol jika tidak mengunjungi museum kereta api tersebut.

Memasuki Kota Ambarawa dari Semarang Anda akan dibuat takjub karena hamparan pemandangan danau (Rawapening) di sebelah selatan dengan latar belakang pegunungan Telomoyo dan Merbabu yang menjulang. Di utara Gunung Ungaran dan barat berdiri pegunungan Jambu.

Setibanya di daerah perkotaan Anda dapat langsung mengunjungi museum kereta api dengan koleksi puluhan kereta api kuno yang sulit dijumpai di negara manapun, bahkan negara pembuatnya sendiri.

Sekadar menyebut, di situ ada lokomotif seri CC50 buatan Schweizericche Lokomotiv und Maschinenfabrik Winterthur, Swiss dan Werkspoor, Belanda (1927). Lokomotif tercepat di dunia pada masanya yang mampu berjalan 120 km perjam seri C28 buatan Henschel dan F10 buatan Hanomag Jerman juga ada di sana.

Bahkan di Stasiun Willem I (kini Stasiun Ambarawa) yang diresmikan pada 21 Mei 1873 , sebuah lokomotif uap bergerigi B 2502 berbahan bakar kayu jati dengan dua gerbong kayu bercat hijau tua masih dioperasikan dan bisa Anda dinikmati . “Di dunia, lokomotif tua seperti ini tinggal tiga unit. Dua lainnya masing-masing di India dan Swiss,” kata Sumarno, pengamat keret api.

Perjalanan wisata dengan lokomotif tua, yang melewati rute Stasiun Ambarawa – Bedono sepanjang sembilan kilometer membawa keasyikan tersendiri. Dari dalam kereta tua itu Anda bisa menatap takjub alam pegunungan dan hamparan perkebunan di sisi kanan dan kiri yang diikuti semilir sejuk angin yang terhembus dari jendela kereta tua.

Dengan tarif Rp3,25 juta untuk carteran atau Rp50.000 per orang ongkos reguler, Anda sudah dapat menikmati suasana lampau di dalam kereta yang berjalan dengan kecepatan hanya 10 km per jam.

Pada empat kilometer pertama pemandangan perkampungan nan bersahaja akan dijumpai hingga sampai Stasiun Jambu. Setelah itu Anda akan mengakui takjub dengan teknologi lampau. Kereta api akan berhenti dan loko langsir berpindah ke belakang mendorong dua gerbong yang berjalan menanjak.

Dari stasiun Jambu sekitar 200 meter, jalan menanjak memaksa loko mengeluarkan jurus ampuhnya yaitu menggunakan gerigi yang bergerak berputar menapaki lempengan besi khusus yang dipasang di bagian tengah. Sungguh trip yang mengasyikan.

Rawapening

Belum puas menaiki wilayah pegunungan dengan kereta api tua berkapasitas 80 penumpang, wisatawan masih dapat menikmati indahnya danau Rawapening.

Dalam perjalanan ini, kereta api akan berjalan sekitar satu jam menyusuri pesisir Rawapening dan Anda dapat melihat hamparan danau seluas 3.000 hektare yang diramaikan oleh para nelayan yang hilir mudik dengan perahu tradisionalnya. Danau Rawapening dihuni berbagai jenis ikan air tawar.

Bagi wisatawan pecinta olahraga memancing kesempatan itu sangat langka. Hanya dengan menyewa perahu nelayan setempat seharga Rp25.000 perhari, Anda dapat mengarungi danau berair tenang itu sambil melepaskan umpan ikan.

Jika beruntung, ikan air tawar seperti gurame, tawes, kutuk (gabus), wader ukuran besar dan kecil akan menjadi milik Anda. Tidak itu saja, view gunung Merbabu dan Telomoyo yang melatarbelakangi danau sungguh memaksa mata Anda untuk menatapnya takzim.

Sembari menikmati indahnya panorama rawa dan gunung, di sisi yang berlawanan ada areal perkebunan kopi dan cokelat peninggalan Tlogo Maatscappij Amsterdam (1856) yang terhampar menghijau siap disapa mata juga. Sungguh pengalaman wisata yang memanjakan mata dan pikiran wisatawan.(M-1)

Nikmati Kereta Kelinci di Kaliurang

Posted: 26 Jan 2012 06:11 PM PST

OBJEK wisata Kaliurang di kawasan selatan kaki Gunung Merapi, sampai saat ini masih diminati keluarga. “Objek wisata yang berjarak 30 kilometer ke arah utara dari pusat Kota Yogyakarta itu, setiap hari libur panjang akhir pekan selalu ramai dikunjungi wisatawan domestik,” kata Ketua Asosiasi Perhotelan Kaliurang (Aspek), Christian Awuy kemarin.

Menurutnya, objek wisata perbukitan di wilayah Dusun Kaliurang, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu, masih menjadi pilihan utama wisatawan terutama keluarga.

“Bagi wisatawan, banyak pilihan untuk menikmati liburan bersama keluarga di tempat ini. Mulai dari menyewa hotel, menikmati menu khas makanan seperti jadah dan tempe, pisang emas hingga aktivitas olah raga trekking yang menantang,” katanya.

Ia menyatakan optimistis objek wisata Kaliurang masih bisa eksis dan bertahan, karena daya tariknya tidak hanya pada hawa sejuk dan panorama alam yang indah, tetapi juga suasana lingkungan dan alam pedesaan yang menjadi pilihan tersendiri bagi wisatawan.

“Bagi orang kota terutama yang hari-harinya selalu disibukkan dengan pekerjaan rutin, berlibur ke Kaliurang tentu terasa mengasyikkan, sekaligus menyegarkan fisik dan pikiran,” katanya.

Meningkatnya jumlah pengunjung Kaliurang menurut Christian diharapkan berdampak pada peningkatan tingkat hunian sekitar 250 hotel terdiri kelas bintang, melati maupun pondok wisata.

Fasilitas di Kaliurang
Fasilitas di objek wisata ini di antaranya taman rekreasi seluas 10.000 meter persegi yang dilengkapi taman bermain anak-anak, dan kolam renang mini.

Selain itu, juga tersedia gardu pandang untuk melihat puncak Gunung Merapi, dan bumi perkemahan. Di kawasan Kaliurang juga terdapat Taman Wisata Bukit Plawangan dan Bukit Turgo. Di dekat Taman Wisata Bukit Plawangan terdapat kolam renang Tlogo Putri yang airnya dari mata air lereng bukit itu.

Untuk menikmati pemandangan di Kaliurang, wisatawan bisa berkeliling menggunakan kereta mini atau yang dikenal dengan sebutan “kereta kelinci”. Kereta tersebut melewati gardu pandang di pinggir Kali Boyong atau di sisi barat kawasan Kaliurang. Dari gardu pandang itu wisatawan bisa melihat dengan jelas puncak Gunung Merapi pada saat cuaca cerah. (Ant/*/OL-08)

Potlot Adventure Selanjutnya...

Thursday, January 26, 2012

Potlot Adventure

Potlot Adventure


Museum Basoeki Abdullah: Warisan untuk Indonesia

Posted: 25 Jan 2012 05:17 PM PST

MENIKMATI karya Basoeki Abdullah (almarhum), seolah menyadarkan betapa ia sangat berpengalaman dalam hal melukis. Basoeki turut membawa Indonesia sebagai bangsa besar atas hasil karyanya.

Seluruh koleksi pribadinya beserta rumah kediaman agar dihibahkan kepada pemerintah Republik Indonesia. Penyerahan ini dilakukan oleh Saraswati Kowenhouven, Cicilia Sidhawati dan Nataya Narerat sebagai ahli waris pada tanggal 2 dan 5 September 1995 kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Pada tahun 1998 rumah di Jalan Keuangan Raya No. 19 Cilandak Barat Jakarta Selatan diserahkan kepada pemerintah melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan Cq. Direktorat Permuseuman dan tepat tanggal 25 September 2001 diresmikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Drs. I Gede Ardika.

Dari koleksi yang dihadirkan di Museum Basoeki Abdullah, pengunjung dapat melihat sosok Basoeki lewat benda-benda koleksinya, seperti jam tangan dan koleksi keramiknya. Beberapa koleksi jam tangan unik yang dipajang, seakan mengembalikan ingatan kita saat Basoeki dibunuh delapan tahun silam.

Bahkan, senapan angin yang digunakan untuk memukul Basuki, hingga menyebabkan seniman besar ini tewas tidak ketinggalan untuk dipamerkan disana.

Tokoh-tokoh dari negara asing seperti, Imelda Marcos dari Filipina dan Ratu Juliana dari Amsterdam juga tidak ingin ketinggalan mengabadikan dirinya untuk dilukis oleh Basoeki dan sekaligus menjadi salah satu karya monumental Basuki.

Negarawan dalam negeri, seperti Sukarno, Muhammad Hatta, Soeharto beserta sang istri, Tien Soeharto pun tak luput dari inspirasinya.

Koleksi lainnya
Koleksi Museum Basoeki Abdullah lainnya mengenai penjelasan tentang riwayat hidup sang Maestro, berupa teks informasi yang didukung dengan foto-foto kegiatan dirinya sebagai pelukis, piagam penghargaan dari dalam dan luar negeri.

Jam buka museum
Selasa-Kamis : pukul 08.30-15.30 WIB
Jumat : pukul 08.30-15.30 WIB
Sabtu-Minggu : pukul 08.30-15.30 WIB

Harga tiket masuk : Gratis

Potlot Adventure Selanjutnya...

Wednesday, January 25, 2012

Potlot Adventure

Potlot Adventure


Menyusuri Keindahan Pulau Umang

Posted: 25 Jan 2012 04:39 PM PST

PULAU Umang terletak di selatan Taman Nasional Ujung Kulon, Provinsi Banten. Perjalanan menuju pulau itu tidaklah sulit. Dengan menggunakan perahu motor, Pulau Umang dapat ditempuh dalam 5 menit dari ujung terdekat Pulau Jawa. Perahu itu telah disediakan oleh pengelola Pulau Umang.

Pulau Umang menjanjikan banyak hal menarik untuk berlibur. Mulai dari pemandangan alam yang indah hingga petualangan di alam liar yang mendebarkan.

Setibanya di pulau ini, Anda langsung disuguhkan keindahan pemandangan pasir putih dan birunya laut. Saat itu, kepenatan berkendara selama 5 jam dari Jakarta pun seolah sirna.

Pulau itu juga menyediakan sejumlah resor atau vila untuk tempat bermalam. Setiap vila memiliki dua ruangan sama besar yang dihubungkan oleh sebuah pintu.
Selain memiliki ruang tidur dan ruang tamu, vila di Pulau Umang juga dilengkapi dengan kamar mandi ala perdesaan yang dilengkapi dengan hiasan dari tanah liat untuk memperkuat kesan alami. Pada lantai atas terdapat tempat tidur yang sangat romantis dengan bagian atas dari kaca sehingga kita dapat memandang bintang pada malam hari.

Pulau itu hanya seluas 5 hektare, namun fasilitas yang disediakan oleh pengelola dapat membuat siapa pun yang berkunjung ke sana nyaman. Mereka yang gemar menikmati keindahan pemandangan alam dapat berjalan-jalan mengitari pulau tersebut, bisa berjalan kaki maupun berperahu.

Sementara itu, bagi mereka yang gemar berpetualang ria, pengelola pulau ini menyediakan sejumlah peralatan olahraga air, seperti jet ski, banana boat, dan snorkeling.

Bagi mereka yang hobi berenang, pengelola juga menyediakan kolam renang yang berbatasan dengan pantai. Setelah puas berenang, pengunjung dapat menikmati pijatan gelembung air dalam sebuah jacuzzi. Masih belum puas, kita masih bisa bermalas-malasan dengan menikmati paket spa di sekitar pantai, yakni pijat dengan aromaterapi.

Aneka ikan

Bagi pecinta olehraga memancing, perairan di pulau ini memiliki beragam aneka ikan. Di dekat dermaga, Anda dapat melihat kumpulan ikan yang berkelompok. Ini dapat menjadi tempat bagi Anda yang mempunyai hobi memancing. Sedangkan bagi anak-anak, pengelola menyediakan arena bermain seperti ayunan, trombolin, dan permainan lainnya.

Anda juga dapat bersantai di gazebo yang terdapat di depan tiap-tiap suites tempat Anda menginap dan berada tepat di pantai. Tempat yang ideal untuk menikmati sunrise atau sunset.

Saat makan malam suasana romantis bisa Anda dapatkan bila ingin makan di tepi pantai sambil mendengar suara ombak. Atau bisa juga di dalam kafe sambil mendengarkan alunan lagu yang dilantunkan penyanyi.

Puas menikmati Pulau Umang, pengelola menyediakan sejumlah suvenir yang bisa dijadikan buah tangan. Sejumlah toko menjual berbagai suvenir berupa kaus atau topi yang berlogo Pulau Umang. Ada juga pajangan dari kerang dan gantungan kunci. Harga yang ditawarkan pun cukup bersahabat dan tidak menguras kantong kita.

Berlibur ke Pulau Umang sangat menyenangkan. Sayangnya infrastruktur menuju pulau ini terasa kurang nyaman. Belum lagi jaraknya yang jauh, berkelok-kelok, serta naik turun. Jalan di wilayah ini pun hanya cukup untuk dilalui oleh dua kendaraan.

Pulau Umang harus ditempuh melalui jalur laut, sekitar 5 menit dari daerah Kecamatan Sumur yang merupakan batas dari perjalanan darat. Dari sini, pengelola Pulau Umang menyediakan transportasi khusus ke Pulau Umang. Kapal motor dengan kapasitas 25 orang ini selalu siap mengangkut tamu kapan saja hingga kita bisa menikmati liburan menyenangkan di Pulau Umang. (mediaindonesia.comS-3)

Potlot Adventure Selanjutnya...

Tuesday, January 24, 2012

Potlot Adventure

Potlot Adventure


Rona Merah Menawan Suku Tengger

Posted: 24 Jan 2012 04:26 PM PST

KEELOKAN Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) tidak hanya pada panorama alam yang begitu memesona, tapi juga Suku Tengger-nya sendiri yang mendiami wilayah sekitaran Bromo.

Suku Tengger memiliki ciri khas khusus pada rona wajah yang mereka miliki. Kulit di sekitar wajah mereka kemerah-merahan, hasil adaptasi dari suhu pegunungan Bromo yang sangat dingin. Boleh juga, ini menjadi pesona tersendiri bagi pelancong yang melirik penduduk asli Bromo ini.

Berdasarkan mitos atau legenda yang bertahan di masyarakat suku Tengger, mereka berasal dari keturunan Roro Anteng yang merupakan putri dari Raja Brawijaya dengan Joko Seger putra seorang Brahmana. Nama Tengger sendiri diambil dari akhiran nama kedua pasang suami istri itu yaitu, â€Å“Teng” dari Roro Anteng dan â€Å“Ger” dari Joko Seger.

Masyarakat Suku Tengger merupakan masyarakat yang sangat plural terutama pada masalah keyakinan spiritual. Terbagi menjadi tiga agama besar, Hindu, Budha dan Islam. Walaupun begitu kerukunan dan sikap toleransi beragama Suku Tengger tetap terjaga dengan kuat.

Suku Tengger yang berdiam di Bromo sangat mudah dikenali karena selalu menggenakan sarung. Suku Tengger mengenal sarung dengan istilah kawengan. Sarung bagi Suku Tengger adalah baju atau jaket penghangat mereka. Kawengan digunakan untuk menepis serangan angin dingin yang menusuk tulang, selain karena harganya yang murah dan mudah di dapat di mana-mana dibandingkan pakaian hangat yang lain.

Suku Tengger sangat mempertahankan seni dan budaya tradisional. Tarian khas mereka adalah tari sodoran yang kerap kali ditampilkan pada perayaan Karo dan Kasada.

Dari sisi budaya, masyarakat Tengger berbudaya pertanian dan pegunungan yang kental, hal ini terlihat dari penghormatan berupa upacara adat pada dewa setelah panen.

Mereka tidak pernah menjual ladang (tanah) kepada orang lain, apalagi orang yang berasal dari luar Bromo. Hasil pertanian utama suku Tengger adalah kentang, kubis, wortel, jagung dan tembakau. Mereka termasuk pengonsumsi tembakau yang cukup kuat.

Sebagian dari mereka selain bertani menambah penghasilan menjadi porter para pendaki gunung Semeru atau menjadi pemanudu wisata di Bromo. Mereka juga kerap menawarkan kuda tunggangan untuk disewakan pada para wisatawan yang ingin merasakan desir pasir Bromo yang liat.(*/M-1)

Menelusuri Gua Alami di Pulau Bui

Posted: 24 Jan 2012 04:18 PM PST

MAU ke Karangbolong? Biaya sewa perahunya murah, hanya Rp15 ribu pulang balik. Nanti kalau sudah puas jalan-jalan, tinggal telepon saja,” kata Narno, 48, tukang perahu di Teluk Penyu, Cilacap.

Karangbolong ialah pantai, sama seperti Teluk Penyu. Hanya saja pantai ini berada di sisi timur Pulau Nusakambangan. Untuk mencapai tempat itu kita harus menumpang perahu kecil menyusuri Segara Anakan.

Perjalanan memakan waktu sekitar 15 menit. Begitu sampai ke pantai di Pulau Nusakambangan itu, suasana dan kondisi berbeda. Di tempat itu, pantainya berpasir putih, berbeda dengan pesisir Cilacap yang tertutup pasir hitam.

Selepas pantai, perjalanan melewati hutan belantara. Hanya jalan setapak dari tanah yang ada di kawasan Nusakambangan timur ini. Dan, sekitar Sekitar 1 kilometer dari pantai membentang gua-gua yang masih alami dan disebut Eyang Wiryalodra. Stalagtit maupun stalagmitnya menakjubkan. Hanya saja gua tersebut hanya sedalam lima meter saja.

Juru kunci gua di Nusakambangan Timur, Mardiyono, mengatakan di kawasan pantai timur Nusakambangan sesungguhnya ada dua gua, selain Eyang Wiryalodra ada pula Eyang Nagaraja. “Kedua gua ini bisanya dipakai untuk menyepi. Banyak yang datang ke sini untuk mengajukaan permohonan macam-macam,” ujarnya.

Selama ini, kedua gua dibiarkan apa adanya. Bahkan, ada dindingnya yang ambrol. “Belum ada yang menyentuhnya untuk objek wisata komersial. Paling-paling yang datang ke sini hanya peziarah saja,” ungkap Mardiyono yang sejak kecil bermukim di Nusakambangan.

Adapun gua-gua kecil juga menyebar dalam kawasan ini misalnya Gua Singabarong, Gua Kepatihan, dan lainnya. Bahkan di Pulau Majeti, pulau kecil di seberang Nusakambangan ada juga gua yang menarik karena menjadi tempat tumbuh bunga Wijaya Kusuma dan biasa digunakan sebagai ritual larungan saat Sedekah Laut nelayan Cilacap.

“Setiap gua di Nusakambangan mempunyai makna masing-masing sesuai dengan karakternya. Semuanya juga memiliki sejarah sendiri,” imbuh dia.

Pada umumnya gua di Nusakambangan banyak dipakai untuk kegiatan menyepi dibandingkan sebagai tempat wisata.

Gua di barat
Sementara pada bagian barat pulau bui ada juga potensi gua alami. Salah satu yang terkenal adalah Gua Masigitsela. Dari cerita-cerita masyarakat yang berkembang dan kemudian direkam oleh Dinas Pariwisata Cilacap menyebutkan, Gua Masigitsela dulunya dipakai Sunan Kalijaga sebagai tempat ibadah. Disebutkan juga Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono pernah ibadah ke gua tersebut.

Selain stalagtit dan stalagmit yang menjulang, di dalam gua terdapat mata air yang kemudian digunakan untuk membersihkan diri atau mengambil air sembahyang.

Untuk sampai ke Gua Masigitsela butuh waktu yang lebih lama lagi karena jalur yang harus ditempuh yaitu ber perahu dua jam dari Cilacap. Setelah sampai ke Desa Klaces, Kecamatan Kampung Laut, masih harus berjalan kaki lagi melewati setapak sekitar setengah jam. “Umumnya yang datang hanya peziarah yang berdoa memohon sesuatu,” kata Agus, 37, warga Desa Klaces.

Masih di sekitar Nusakambangan barat, ada juga Gua Bendung. Gua tersebut, berdasarkan penuturan warga dan juga disebutkan oleh Dinas Pariwisata Cilacap, pernah digunakan untuk ibadah umat Nasrani pada abad ke-16 ketika Belanda menguasai Indonesia.

Kini, gua yang memiliki lorong 150 meter dan lebar 10 meter tersebut dikenal sebagai Gua Maria. Disebut Gua Maria karena di dalamnya ada altar tempat berkhotbah dan stalagtit yang bentuknya seperti Bunda Maria. Biasanya yang datang adalah para peziarah umat Katolik dan gua ramai pada waktu menjelang Paskah.

Sebetulnya masih banyak gua-gua lainnya yang ada di Pulau Nusakambangan, namun sejauh ini tidak ada satupun yang digarap secara komersial. Sebab, Pulau Nusakambangan telah diputuskan sebagai pulau tertutup. (N-4)

Garut dan Wisata Surga dari Timur

Posted: 23 Jan 2012 08:06 PM PST

UDARA nan sejuk berpadu landskap perbukitan menjadi ramuan pas untuk menikmati alam. Diapit gunung Guntur, Papandayan, dan Cikuray yang masih aktif, Garut telah memikat hati banyak orang. Bahkan pada 1910, Officieel Touristen Bureau, Weltevreden, menyebut Garut sebagai Paradijs van Oosten atau surga dari timur.

Kota Dodol ini, terletak di sebelah tenggara Kota Bandung, 250 km dari Jakarta. Perjalanannya dapat ditempuh dalam waktu tiga setengah jam dari Ibu Kota.

Menjelajah Garut bersama National Geographic dan Cevron Geothermal, Januari lalu sungguh berkesan. Kota yang juga terkenal dengan dombanya itu tentu tak bisa dinikmati dengan berendam air panas saja. Alam yang menantang sungguh sayang dilewatkan.

Pantai di selatan membujur hingga 90 kilometer panjangnya. Air terjun dan situ-situ alami menyejukan mata. Pengunungan menjulang tinggi hingga 2.821 meter. Belum lagi kekayaan budaya seperti acara surak ibra, raja dogar, dan bangunan-bangunan tua.

Gunung Papandayan bisa menjadi awal pertualangan pertama Anda di Swiss van Java. Terletak di kecamatan Cisurupan, 29 kilometer dari pusat kota Garut, Papandayan menjadi favorit bagi para pendaki pemula. Untuk mencapai Gunung Papandayan, naiklah kendaraan umum dari pusat kota menuju Cijulang. Kemudian turun di pertigaan Cisurupan. Dari sana, perjalanan bisa dilanjutkan dengan menyewa ojek atau angkot hingga sampai di pelataran parkir gunung Papandayan.

Mendaki
Di pelataran yang memiliki ketinggian 2000 meter itulah jejak pendakian dimulai. Batuan besar kekuningan serta jalan menanjak akan menyambut kedatangan Anda. Pohon suwagi dan pakis tangkur tumbuh hijau di sisi-sisi jalan. Tebing batu yang tinggi dan curam mendominasi pandangan.

Mendaki lebih ke atas, Anda akan menjumpai kawah belerang yang mengeluarkan asap putih. Sesekali terlihat cairan kuning dimulut kawah, menandakan kepekatan belerangnya. Agar asap tak membuat pedih, cobalah berjalan agak menunduk, menghindari kontak langsung dengan asap. Jangan lupa, kenakan masker atau saputangan agar bau menyengat tak membuat kepala pusing.

Setelah melewati kepulan asap belerang, pesona kawah bisa dinikmati dari atas. Tentu bertambah nikmat dengan iringan melodi air yang turun ke kaki bukit. Tak jauh dari situ, terdapat danau. Lebarnya bisa mencapai seratus meter. “Warna airnya bisa berubah-ubah tergantung cuaca,” ujar Dede, yang pemandu pendakian.

Mencapai ketinggian 2.300 meter, pepohonan mati menciptakan pemandangan berbeda. Batang pohon-pohon itu hitam legam, hampir jadi arang. Pijakan tak lagi dipenuhi batu melainkan lapisan abu yang putih. Tempat ini kental dengan suasana kematian. Seakan ada panas api yang dengan cepat memberangus kehidupan.

Wilayah itu dikenal dengan nama ‘gunung salju’. Kontur pemandangannya tercipta karena letusan gunung Papandayan pada 2002 lalu. Kepulan uap panas ketika itu, membakar pepohonan, juga mengendapkan abu di bawahnya.

Kalau ingin menyaksikan matahari terbit, sebaiknya mendaki pada saat malam. “Sekitar jam sebelas ke atas,” kata Dede yang kerap menemani mahasiswa pecinta alam mendaki di malam hari.

Setelah beristirahat dan puas menikmati megahnya Papandayan, tiba saatnya untuk menuruni gunung. Salah besar kalau ada anggapan menuruni gunung adalah hal mudah. Walau tak butuh energi besar seperti ketika mendaki, tapi gravitasi betul-betul menyulitkan. Belum lagi kerikil-kelikil yang membuat pijakan tidak stabil.

Agar tak tergelincir, miringkan posisi telapak kaki seperti Anda ingin berjalan miring. Pusatkan tumpuan pada tumit dan turun perlahan. Selesai mendaki Papandayan, jangan lupa akan rencana selanjutnya. Peta Segitiga Wisata Garut keluaran National Geographic bisa jadi pemandu.

Tempat wisata unggulannya termasuk Situ Bangendit, Kawah Papandayan, dan Situ Cangkuang. Bagi yang suka berwisata di dalam kota, cobalah berwisata ziarah ke Makam Pangeran Papak di Wanajara, atau nikmati sejarah kota di Stasiun Cibatu. Tak lupa, bungkus beberapa helai batik tulis Garutan yang dapat dibeli di tengah kota, dodol manis, kerajinan kulit, dan anyaman bambu khas Garut untuk oleh-oleh.(mediaindonesia.com/M-3)

Filosofi Museum Rudana

Posted: 23 Jan 2012 06:35 PM PST

MUSEUM Rudana yang lokasinya tepat di pusat seni Ubud, Bali, memiliki pemandangan sawah yang sejuk, nyaman, serta memberikan kesan yang asri. Museum seni lukis ini berdiri atas prakarsa Presiden RI Soeharto dan sang istri, Tien Soeharto.

Koleksi Museum Rudana terdiri dari lukisan tradisional 108 buah, lukisan modern 216 buah, patung 55 buah, topeng 10 buah, wayang kulit dan dilengkapi juga dengan senjata Nawa Sanga 9 buah.

Pada struktur bangunannya, Museum Rudana mempersembahkan arsitektur asal Bali dengan tiga lantai sesuai dengan filosofi Bali, Tri Angga Yaitu, tiga bagian tubuh manusia yang terdiri dari kepala, badan dan kaki. Hal ini disesuaikan juga dengan Tri Mandala yang merupakan tiga bagian halaman museum, Jeroan, Jaba Tengah dan Jaba Isi.

Lalu juga ada Tri Loka yang merupakan tiga tingkatan alam semesta yaitu Bhur, Bwah, dan Swah. Atau dengan Tri Hita Karana yaitu tingkatan/hubungan manusia hidup di dunia seperti manusia dengan alam (palemahan), manusia dengan manusia (pawongan) dan manusia dengan Tuhan (parahyangan).

Konsep filosofi tersebut erat kaitannya dengan perkembangan seni rupa yang dapat memberikan regenarasi seniman dari zaman ke zaman, layaknya benang emas yang tidak dapat putus.

Museum secara resmi dibuka pada 26 Desember 1995 oleh Presiden Soeharto yang juga berbarengan dengan memperingati ulang tahun Republik Indonesia ke 50. Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti yang dihadiri oleh para menteri, seniman beserta masyarakat.

Museum yang berdiri di Jl. Cok Rai Pudak no 44, Kelurahan Paliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, itu beroperasi setiap hari dari Senin hingga Minggu, pukul 08.00-17.00 WITA. Sedangkan pada hari raya atau hari besar lainnya, museum ini tutup.

Untuk harga tiket masuknya, museum ini memasang tarif untuk dewasa sebesar Rp 20.000 dan anak-anak, Rp 10.000. Bila Anda datang ke Museum Rudana bersama rombongan, pihak pengelola Museum memberikan diskon 50%. (mediaindonesia.com/OL-5)

Potlot Adventure Selanjutnya...

Monday, January 23, 2012

Alamendah's Blog

Alamendah's Blog


Daftar Hewan Langka Indonesia

Posted: 23 Jan 2012 02:49 AM PST

Daftar hewan langka Indonesia pernah saya posting pada awal 2010 silam, meskipun daftar itu hanya memuat hewan-hewan langka dari kelas mamalia saja. Karenanya kali ini kembali saya sajikan daftar hewan langka secara lebih lengkap. Hewan pada daftar berikut, diawali dengan … Continue reading

Alamendah's Blog Selanjutnya...

Saturday, January 21, 2012

Potlot Adventure

Potlot Adventure


Situ dan Candi di Kampung Pulo, Garut

Posted: 21 Jan 2012 04:34 PM PST

KONON di Kampung Pulo berabad-abad lalu, terdapat putri Hindu nan cantik jelita. Ketika itu, datanglah Arif Muhammad, panglima perang kerajaan Mataram. Dalam pelariannya setelah kalah melawan Belanda, Arif memutuskan menetap di desa. Sambil menyebarkan agama Islam, ia lalu jatuh hati pada sang putri.

Gayung pun bersambut. Sang putri mengiyakan, namun dengan satu syarat. Buatlah danau yang mengelilingi desa, pinta sang putri. Esoknya, muncullah sebuah situ, yang kini bernama situ Cangkuang.

Kisah itu diceritakan turun temurun di Kampung Pulo, Kecamatan Leles, Garut. Situ Cangkuang yang kini menjadi objek wisata, menyimpan banyak kisah. Begitu juga Candi Cangkuang di seberang situ, serta makam Arif Muhammad di sebelahnya.

Untuk mencapai lokasi, rakit bambu disediakan pengelola. Cukup Rp 3.000 untuk dewasa dan Rp 2.000 untuk anak-anak. Tak sampai sepuluh menit menyebrangi situ, kami sudah bisa sampai di candi setinggi delapan setengah meter itu.

Perpaduan Hindu-Islam menjadi ciri istimewa. Candi dan makam Arif Muhammad terletak bersisian menandakan harmoni dua agama. Pertama kali candi ditemukan pada 1966 oleh Harsoyo dan Uka Candrasasmita. Penemuan ini berdasarkan laporan Vorderman tahun 1893.

Sayangnya, candi Cangkuang ditemukan tak berbentuk. Hanya bersisa 40 persen saja puingnya yang 60 persen yang hilang lalu dibuat replika. Sehingga pada 1976, candi itu utuh kembali. Tepat di belakang komplek candi, terdapat rumah adat yang dengan bebas bisa ditelusuri.

Rumah adat Kampung Pulo hanya tujuh saja jumlahnya. Tak boleh lebih, juga tak boleh kurang. Susunannya seperti huruf U, lingkungannya terawat, bersih, dan rapi. Jumlah ini simbol dari tujuh anak Arif Muhammad. Satu bangunan masjid melambangkan anak laki-laki. Enam lainnya berupa rumah tinggal, melambangkan anak perempuan.

“Kalau anak sudah menikah, dia harus pindah dari desa ini, tapi kalau ada rumah yang kosong, nanti dipanggil kembali,” jelas Tatang, Juru Kunci di Kampung Pulo.

Walau memeluk agama islam, warga kampung memengang garis keturunan perempuan. Maka, hanya anak perempuan yang berhak tinggal di desa, anak laki-laki harus pindah ketika dewasa.

Tatang, pria paruh baya itu, kemudian bercerita banyak hal. Kisah tentang benda pusaka yang hilang, para leluhur, bentuk rumah, dan kisah adat Kampung Pulo lainnya.(http://www.mediaindonesia.com/M-3)

Kenang Majapahit di Museum Mpu Tantular

Posted: 21 Jan 2012 04:26 PM PST

SEORANG kolektor berkebangsaan Jerman yang sudah menjadi warga Surabaya Van Faber mendirikan Stedelijk Historisch Museum karena jatuh cinta pada kebesaran Kerajaan Majapahit.

Upaya Van Faber untuk mendirikan museum ini sebenarnya sudah dirintis sejak tahun 1922, tetapi baru sebelas tahun kemudian dapat diwujudkan. Museum ini dibuka secara resmi pada tanggal 25 Juni 1937.

Sejarah museum
Dalam perjalanannya, nama Stedelijk Historisch Museum Surabaya pada tahun 1972 diubah menjadi Museum Jawa Timur dan pada tanggal 1 November 1974 diresmikan dengan nama Museum Negeri Provinsi Jawa Timur Mpu Tantular.

Pemberian nama Mpu Tantular bagi museum ini adalah untuk mengabadikan pujangga besar Majapahit, pengarang kitab Arjunawijaya dan Sutasoma yang didalamnya terkandung falsafah Bhineka Tunggal Ika yang selanjutnya dijadikan semboyan bangsa Indonesia.

Koleksi
Koleksi museum ini berjumlah kurang lebih 15.000 buah yang digolongkan menjadi koleksi geologi, biologi, etnografi, arkeologi, sejarah, numismatik, heraldik, filologi, keramik, seni rupa dan teknologi.

Seluruh koleksi yang dipamerkan di ruang pameran tetap museum terdiri dari koleksi yang terbagi dari zaman prasejarah, klasik (Hindu-Budha), zaman Islam, kolonial dan zaman modern, termasuk di dalamnya koleksi ilmu pengetahuan dan teknologi. (OL-08)

Jam buka museum
Selasa s/d Kamis : pukul 08.00 s/d 15.00 WIB
Jumat : pukul 07.00 s/d 14.00 WIB
Sabtu :pukul 08.00 s/d 13.30 WIB
Senin : tutup

Harga tiket masuk
Dewasa : Rp 1.500,-
Anak-anak : Rp 1.000,-
Rombongan (minimal 10 orang)
Dewasa : Rp 1.000,-
Anak-anak : Rp 500,-

Transportasi
a. Dari Bandara Udara Juanda : 15 Km
b. Dari Pelabuhan Laut Tanjung Perak : 50 Km
c. Dari terminal bus Bungur Asih : 10 Km
d. Dari Stasiun KA : 35 Km

Mengenal Gula di Museum

Posted: 21 Jan 2012 04:12 PM PST

INGIN mengetahui bagaimana proses membuat gula dan segala hal informasi mengenai gula, silahkan mampir ke Museum Gula di Klaten, Jawa Tengah. Museum ini menempati salah satu bangunan bekas tempat tinggal yang berada di kompleks Pabrik Gula Gondang Baru, Jogonalan, Klaten.

Museum ini berdiri atas prakarsa Gubernur Jawa Soepardjo Roestam dan mendapat dukungan penuh dari Direktur Utama PTP XV-XVI (Persero) pada 11 September 1982.

Tercetusnya membuat museum ini karena pertimbangan bahwa perkembangan industri gula negara perlu ditunjang dengan data sejarah sebagai data untuk pengembangan lebih lanjut. Pertimbangan tersebut rupanya menjadi dasar perlunya museum gula didirikan sebagai tempat penelitian dan resmi beroperasi sejak 22 Agustus 1986 bertepatan dengan konggres International Society of Sugar Cane Technologist (ISSCT) XIX.

Koleksi museum
Koleksi yang dimiliki terdiri dari peralatan tradisional, penanaman tebu, bibit tebu dan peralatan tradisional pemeliharaan tanaman tebu. Selain itu juga ada alat-alat mekanisme atau fabrikasi dari pabrik gula, serta beberapa foto penunjang antara lain: foto pabrik gula lama, foto upacara gilung pertama serta tiruan visualisasi ruang administrasi lama.

Di salah satu ruangannya, kita dapat menyaksikan maket pabrik gula Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Sumatra Selatan. Masih di ruang yang sama, dipajang koleksi yang berhubungan dengan proses produksi gula, sejak dari masa penanaman hingga pembuatan gula. Tak hanya alat pertanian yang digunakan dalam bercocok tanam tebu, bahkan sejumlah hama pengganggu tanaman juga dipajang.

Selain itu ada mesin-mesin yang digunakan di sebuah pabrik gula (manual-modern) dan alat laboratorium. Terlebih lagi di ruang berikutnya dipamerkan berbagai jenis perangkat kerja seperti mesin ketik, mesin hitung, juga alat hitung manual yang semuanya terlihat antik. Beberapa diantaranya dibuat tahun 1900-an.

Tak kalah menariknya, adalah koleksi yang ada di sebelah kiri bangunan museum. Di sini ada lokomotif kuno yang dibuat Backer dan Rubb Prada Nederland tahun 1889 lalu ada loko buatan Jerman produksi tahun 1901, pedati (semacam gerobak yang digerakkan dengan sapi/kerbau), yang digunakan sebagai pengangkut tebu dari ladang ke pabrik, dan alat transportasi untuk inspeksi di perkebunan.

Jam Buka Museum
Senin-Kamis : pukul 07.00 – 14.00 WIB
Jumat : pukul 07.00 – 11.00 WIB
Sabtu : pukul 07.00 – 14.00 WIB
Minggu : pukul 08.00 – 12.00 WIB

Harga Karcis Masuk
a. Dewasa : Rp 3.500,-
b. Anak-anak : Rp 3.500,-

Lokasi Museum
d/a. Pabrik Gula Gondang Baru Jalan Raya Jogja – Solo Km. 25, Klaten – Jawa Tengah. (*/OL-5)

Dari Gubuk Menjadi Bangunan Bersejarah RI

Posted: 21 Jan 2012 07:05 AM PST

SEBELUM menjadi Museum Perundingan Linggarjati, bangunan ini hanya berupa gubuk milik Ibu Jasitem di tahun 1918. Lalu pada tahun 1921, seorang kebangsaan Belanda bernama Tersana, merombak gubuk itu menjadi rumah semi permanen.

Rumah itu kemudian dibeli keluarga Van Ost Dome, lalu merombaknya pada tahun 1930 hingga 1935, menjadi rumah tinggal seperti sekarang ini. Rumah ini pada periode 1935-1946 dikontrak Heiker (bangsa Belanda) untuk dijadikan hotel yang bernama Rus Toord.

Keadaan tersebut terus berlanjut setelah Jepang menduduki Indonesia dan diteruskan setelah kemerdekaan Indonesia. Sempat kembali dijadikan hotel dan berubah namanya menjadi Hokay Ryokan.

Setelah Indonesia mengumandangkan kemerdekaanya, bangunan tersebut kemudian diambil alih oleh pemerintah RI dan berganti namanya menjadi Hotel Merdeka. Jika Anda yang pernah kesana dan memperhatikan letak pembagian ruangan dalam museum ini, memang menyerupai pembagian ruangan untuk hotel.

Pada tahun1946 di gedung ini berlangsung peristiwa bersejarah yaitu Perundingan antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Belanda yang melahirkan naskah Linggarjati. Dari situlah hingga kini gedung tersebut dikenal dengan Gedung Perundingan Linggarjati.

Sejak aksi militer tentara Belanda ke-2 (1948-1950) gedung ini kembali dijadikan markas Belanda, lalu dialihfungsikan menjadi Sekola Dasar Negeri Linggarjati (1950-1975). Selanjutnya di tahun 1975, Bung Hatta dan Ibu Sjahrir berkunjung sekaligus menyampaikan pesan bahwa gedung tersebut akan dipugar oleh Pertamina. Tahun 1976, gedung akhirnya diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk menjadi museum.

Museum ini mengoleksi berupa naskah perundingan, foto-foto, dan meja kursi yang menggambarkan peristiwa yang berhubungan dengan perundingan Linggarjati. Hampir semua barang yang terdapat dalam museum masih asli waktu perundingan Linggarjati.

Jika biasanya Anda melihat banyak kerusakan di banyak museum dan coret-coretan dari tangan nakal para pengunjung, di museum ini Anda akan tidak pernah menyaksikannya. Pasalnya, pengurus museum dan penduduk lokal disekitarnya sangat menjaga salah satu gedung bersejarah tersebut.

Museum Perundingan Linggarjati ini terletak di desa Linggarjati, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Jam bukanya, Senin-Jumat (07.00-15.00), Sabtu-Minggu (08.00-17.00) dengan tarif masuk gratis. Anda hanya perlu membayar seikhlasnya kepada para pemandu yang siap menjelaskan lebih detail sejarah mengenai bangunan.(http://www.mediaindonesia.com/Ol-5)

Potlot Adventure Selanjutnya...

Thursday, January 19, 2012

Alamendah's Blog

Alamendah's Blog


2012 Adalah Tahun Internasional Energi Terbarukan

Posted: 19 Jan 2012 04:45 PM PST

2012 adalah Tahun Internasional Enenrgi Terbarukan (International Year of Sustainable Energy for All), demikian ditetapkan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) dalam Sidang Umumnya bulan Desember silam. Secara resmi, PBB meluncurkan Program Energi Terbarukan pada 16 januari 2012 silam di ajang World … Continue reading

Alamendah's Blog Selanjutnya...

Potlot Adventure

Potlot Adventure


Saatnya Tana Toraja Jadi Objek Wisata Favorit

Posted: 19 Jan 2012 04:21 PM PST

JIKA Anda diminta untuk menyebutkan kawasan wisata terindah di Indonesia, pasti yang langsung teringat di kepala Anda mungkin hanya Kuta di Bali, Pantai Senggigi di Lombok atau Taman Nasional Bunaken. Mengapa tidak mencoba memasukkan Tana Toraja menjadi dalam daftar perjalanan liburan Anda berikutnya?

Terletak sekitar 350 km sebelah utara Makassar, Tana Toraja ini terkenal dengan bentuk bangunan rumah adatnya bernama Tongkongan. Tongkongan terlihat unik karena beratapkan daun nipa dan memiliki strata sesuai derajat kebangsawanan masyarakat seperti emas, perunggu, besi dan kuningan.

Selain itu, batu grafit dan batuan lainnya, serta birunya pegunungan di kejauhan setelah melewati pasar Desa Mebali, akan terlihat masyarakat yang sedang beternak domba. Pemandangan terlihat kontras dengan padang rumput yang hijau subur, limpahan makanan di tanah tropis yang indah.

Daya tarik lainnya adalah upacara pemakaman yang biasa disebut Rambu Tuka. Di Tana Toraja, mayat untuk sementara waktu disimpan di Tongkanan. Jangka waktu ini tidak ditentukan, bahkan bisa lebih dari 15 tahun berada disana sampai keluarganya memiliki biaya untuk melakukan upacara yang pantas bagi si mayat. Selanjutnya setelah upacara selesai digelar, barulah mayat di masukkan dalam goa.

Tengkorak-tengkorak itu menunjukan pada kita bahwa mayat itu tidak dikuburkan tapi hanya diletakan di batuan, atau di bawahnya, atau di dalam lubang. Biasanya, musim festival pemakaman dimulai ketika padi terakhir telah dipanen. Biasanya akhir Juni atau Juli, dan paling lambat bulan September.

Tidak hanya sampai di situ, Anda juga dapat mengunjungi batu Tomonga yang artinya adalah batu yang mengarah kea wan. Dari tempat ini kita bisa melihat banyaknya batuan vulkanik yang bermunculan dari hamparan sawah. Dan beberapa batu raksasa yang menjadi Goa. Benar-benar pemandangan yang indah dan menjadikan Tana Toraja terlihat subur dan hijau.

Masih kurang puas? Anda juga wajib melakukan perjalanan dari Rantepao ke Kete yang merupakan desa tradisional dengan kerajinan tangan khas Toraja. Di belakang desa di bagian bukit ada goa yang ukuranya sudah lebih tua dari ukuran orang hidup.

Bagi Anda yang ingin menginap di tengah kota, di sana terdapat banyak pilihan hotel. Namun jika Anda ingin liburan yang tak terlupakan, Anda bisa tidur di salah satu rumah bersama masyarakat sekitar desa.(mediaindonesia.com/Ol-5)

Pesona Kota Karang

Posted: 19 Jan 2012 04:08 PM PST

TERIK mentari terasa menusuk begitu Anda menginjakkan kaki di Bandar Udara El Tari yang terletak di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di siang hari, suhu udara di sini memang bisa sangat tinggi, yakni sekitar 37 derajat Celcius. Akan tetapi, semua itu sepadan dengan pengalaman merasakan sejuta pesona yang bersemayam di Kota Karang ini.

Bagi Anda yang terbiasa terjebak macet di Jakarta, mengunjungi Kupang bisa menjadi alternatif penghilang keruwetan otak. Di kota ini, jalanan terlihat lengang dan tidak sepadat Jakarta. Hanya beberapa kendaraan bermotor yang terlihat melintas di sepanjang jalan.

Sebagai sarana transportasi umum, terdapat minibus angkutan kota yang lebih dikenal dengan sebutan ‘oplet’ untuk melayani rute dalam kota. Selain itu, ada pula taksi dan armada bus kota yang melayani rute ke luar kota. Jika hendak ke Dili, Anda tinggal mencari bus yang melayani rute antarnegara, salah satunya disediakan oleh DAMRI. Sementara itu, layanan imigrasi Indonesia-Timor Leste dilakukan di Tasifeto Timur-Batugede.

Keindahan laut
Kupang menyimpan daya tarik tersendiri dengan keindahan laut biru dan pantai putihnya. Pantai Lasiana merupakan salah satu destinasi wisata andalan Kota Kupang, yang terletak di Kecamatan Kupang Tengah, sekitar 12 km di sebelah timur pusat kota. Untuk sampai ke sana, Anda membutuhkan waktu tempuh sekitar 30 menit menggunakan kendaraan bermotor.

Kawasan di sekitar pantai Lasiana mempunyai topografi alam yang unik, merupakan perpaduan antara pantai dan perbukitan di bagian baratnya. Semilir angin yang membelai lembut wajah serta debur ombak di pantai berpasir putih ini mampu membius siapa pun yang berkunjung ke sana. Pada hari libur, terutama libur sekolah dan hari raya, pantai ini diserbu wisatawan yang ingin berekreasi melepas lelah dan menikmati pemandangan alam di sana.

Di sepanjang pantai Lasiana, terdapat deretan pohon kelapa dan lontar yang meneduhkan. Jika ingin beristirahat, Anda tinggal memilih satu di antara sederet lopo-lopo, sebutan penduduk lokal untuk pondok yang dibangun menyerupai payung dengan tiang dari batang pohon kelapa atau kayu, dan beratapkan ijuk atau pelepah kelapa, lontar, dan alang-alang.

Sebagai camilan, Anda bisa menikmati aneka jajanan seperti kelapa muda, jagung bakar, atau pisang gepe yang dijajakan beberapa penjual. Selain itu, tersedia pula beberapa kios yang menjual berbagai cinderamata unik khas NTT sebagai buah tangan.

Kuliner lezat
Bagi para penggemar seafood, kota ini bagaikan surga karena menyediakan berbagai macam kuliner olahan hasil laut nan lezat. Wisatawan yang berkunjung ke Kupang akan dimanjakan dengan suguhan ikan bakar berukuran jumbo, olahan cumi serta udang dengan harga yang ringan di kantong.

Bagi pecinta daging, masakan daging se’i yakni daging sapi atau daging babi yang diasap dan dicampur susu, garam, dan rempah-rempah tentunya juga menerbitkan selera. Jangan lupa untuk mencicipi makanan khas Kupang lainnya, jagung bose, yang dibuat dari campuran jagung, sayuran, serta kacang-kacangan seperti kacang hijau dan kacang tanah. Hmm… Sedap!

Jika ingin membeli oleh-oleh untuk kerabat di rumah, langkahkan kaki menuju kios Ibu Soekiran, yang merupakan pusat oleh-oleh khas NTT. Di kios yang terletak di JL Moh. Hatta No. 16, Kupang, NTT itu, tersedia berbagai macam makanan ringan seperti jagung titi, kacang sembunyi, abon sapi, jagung bumbu pedas, paru sapi, kerupuk kulit ikan, gula hela, madu hutan, serta sambal lu’at asli manalagi khas NTT. Berbagai penganan ringan itu dijual dengan harga cukup terjangkau, mulai dari Rp8.000,00-Rp25.000,00. (mediaindonesia.com/Ol-5)

Uji Nyali di Sungai Citarik

Posted: 18 Jan 2012 10:50 PM PST

ANDA mungkin ingin menikmati liburan sambil menguji nyali, tapi sudah bosan dengan permainan Halilintar, Tornado atau Arung Jeram yang tersedia di Dunia Fantasi? Kini saatnya Anda menantang derasnya sungai dan siap berhadapan dengan jeram-jeram yg menantang bersama Citarik One Stop Adventure.

Berada tepat di Sungai Citarik, Citarik One Stop Adventure yang dibangun atas prakarsa pasangan Lody Korua dan Amalia Yunita yang juga pencinta alam ini tidak hanya menyediakan sarana arung jeram yang menjadi andalan. Melainkan akan ada bermacam kegiatan seru dan menarik, seperti Adventure rafting trip, Family trecking trip, Adventure offroad trip.

Sebelum memulai petualangan Anda akan diberikan pengarahan (briefing) oleh tim dari Citarik One Stop Adventure tentang bagaimana mengenakan pakaian pelampung dan helm secara benar. Selain itu akan diberikan pengertian caya mendayung, serta cara-cara penyelamatan apabila ada rekan Anda yang terjatuh dari kapal. Dijelaskan pula istilah-istilah perintah selama rafting.

Usai pengarahan, Anda akan langsung terjun ke sungai dan merasakan derasnya arus air dan bongkahan batu yang terlihat keras dan seram dilihat dari atas. Kuncinya adalah tidak panic dan anggota team dalam satu kapal yang solid.

Bagi Anda yang membawa anak jangan khawatir karena Citarik One Stop Adventure juga menyediakan lokasi experiental education yang aman dan seru untuk buah hati Anda. Itu saja? Tentu tidak disana juga disediakan cottage yang terbuat dari tenda atau kayu-kayu untuk Anda yang usai bermain arung jeram ingin beristirahat sejenak bahkan melakukan pesta Barbeque. (mediaindonesia.com/OL-5)

Menikmati Sejarah dan Ziarah di Surabaya

Posted: 18 Jan 2012 05:41 PM PST

TAK banyak yang bisa saya bayangkan saat kaki menjejakkan Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur, selain sebuah ibu kota provinsi yang padat aktivitas penduduk urban. Nyatanya bayangan ruwetnya Jakarta tak pernah terbukti, bahkan di kota besar seperti Surabaya.

“Mungkin karena jalan-jalannya enggak pas jam sibuk di tengah kota, jadi enggak ketemu macet,” ujar Diane Laurentia, asisten MICE Manager Hotel Mercure Grand Miramar, saat saya dan beberapa rekan wartawan mengikuti inspeksi di sana dua pekan lalu.

Pembangunan di kota itu tampak begitu pesat. Proyek konstruksi di mana-mana. Tapi memang bukan jalanan macet atau konstruksi mal ala Jakarta yang ingin saya cari, melainkan keindahan menawan yang membuat napas tertahan dan pandangan mata tak beranjak. Seperti deretan gedung kuno di kawasan kota tua.

Peninggalan Belanda
Satu hal yang cukup membantu adalah lokasi tempat kami menginap di Hotel Ibis Rajawali yang terletak di kota tua Surabaya yang sarat sejarah.

Julangan bangunan-bangunan peninggalan masa kolonial Belanda mengelilingi pandangan di sana. Kemegahan gedung-gedung masa lalu dengan pintu-pintu tinggi memikat hati meski tak semuanya masih berfungsi.

Banyak bangunan di kawasan utara Surabaya itu dilengkapi papan informasi di depannya, yang memberitahukan bahwa bangunan termasuk dalam cagar budaya pelestarian arsitektur sesuai peraturan daerah.

Pejalan kaki di kawasan ini pun mulai dimanja dengan jalur trotoar selebar kira-kira 4 meter di tepi jalan utama, termasuk di depan hotel, meski masih putus-sambung karena pembangunannya masih berlangsung.

Sekelompok orang berwajah Melayu keluar dari hotel saat saya juga hendak keluar, menikmati sore di Jembatan Merah yang jaraknya tak sampai 500 meter dari pintu masuk hotel. “Tamu dari Malaysia. Banyak yang suka ke sini untuk belanja di Pusat Grosir Jembatan Merah,” cetus Saiful Malik, front office manager hotel, menjawab rasa ingin tahu saya tentang mereka.

Pusat grosir itu terletak hanya di seberang hotel, di lokasi tewasnya pemimpin pasukan Inggris Jenderal Mallaby yang dikirim ke Surabaya setelah Perang Dunia II untuk melucuti tentara Jepang.

Kampung Arab
Selain gedung-gedung lawas di kawasan kota tua, beberapa rumah tinggal penduduk juga tampil cantik dengan gaya ‘jadul’-nya. Beberapa rumah di jalan-jalan kecil di kawasan Kampung Arab masih berfasad asli dengan lebar muka 5-6 meter.

Tatanan bukaannya simetris, sebuah pintu di tengah bidang dan dua jendela di setiap sisinya. Keaslian bangunan tampak dari lubang udara di atas pintu dan konsol yang dibuat dari besi bermotif lengkung, atau keriting, beberapa rekan arsitek menyebutnya. Beberapa fasad tampak asli, tapi mayoritas telah dirombak habis-habisan. Sayang.

Jalan kecil di Kampung Arab ini merupakan jalur masuk ke Masjid Sunan Ampel, salah satu tujuan wisata religi di Surabaya. Dari Jalan Nyamplungan yang merupakan jalan raya, perjalanan berlanjut dengan berjalan kaki menelusuri gang kecil, Jalan Ampel Kembang. Lebarnya tak lebih dari 3 meter dan membelah permukiman padat penduduk.

Jalan ini berujung pada Jalan Ampel Suci, sebuah lorong beratap seperti pasar. Di dua sisinya terhampar para pedagang yang menawarkan beragam barang. Dari keperluan ibadah seperti baju-baju gamis, tasbih, kopiah, sampai aksesori, parfum, bahkan air zamzam dari Arab.

Ziarah
Ujung lorong Ampel Suci adalah pelataran Masjid Sunan Ampel. Di sana juga terdapat makam Sunan Ampel, salah satu Wali Songo, yang biasa dikunjungi warga peziarah. Makam itu, bersama makam istri dan beberapa pengikutnya, dibatasi gerbang masuk serupa gapura.

Penjaga di mulut gerbang tak segan mengingatkan pengunjung perempuan agar mengenakan kerudung saat memasuki permakaman. Mereka juga menyiapkan kain kerudung untuk dipinjamkan kepada pengunjung, tanpa biaya.

Pelataran makam yang ditutup konblok dibagi dua dengan batas pagar besi.

Satu untuk peziarah laki-laki, satu lagi untuk perempuan. Suasananya sejuk dan hening meski dengungan doa dari puluhan peziarah yang duduk bersila di sekeliling makam membahana.

“Setiap hari selalu ada yang ke sini. Ya saya sih berdoa saja, enggak ada yang khusus,” tutur seorang ibu yang duduk di sisi utara makam. Dia masih tampak khusyuk berdoa saat saya menyentuh lengannya untuk berpamitan.

Sembahyang
Ziarah lain di Surabaya bisa berlanjut ke tepi Pantai Kenjeran. Sayang, kawasan wisata di sana yang dinamai Ken Park–singkatan dari Kenjeran Park–begitu kering. Rumput liar, cat bangunan mengelupas, pepohonan mati. Beberapa sudut dijadikan tempat berduaan.

Tetapi di kawasan inilah berdiri Sanggar Agung. Sebuah bangunan ibadah bergaya Tionghoa, berhias tulisan China dengan nyala lilin-lilin raksasa setinggi manusia. Umat Buddha dan Konghucu beribadah di sana. Tak jarang wisatawan mengunjunginya untuk berekreasi.

Di balik dinding altar depan terhampar panorama lautan Selat Madura berbingkai patung Dewi Kwan Im, yang diyakini sebagai dewi cinta kasih. Sang dewi berdiri di atas gapura dengan total tinggi sekitar 20 meter, diapit dua anak dan dua pasang dewa. Mereka dijunjung sepasang naga.

Komposisi panorama nan agung yang disempurnakan debur ombak di laut lepas. Sesaat napas saya pun tertahan dan pandangan mata enggan beranjak. Sampai seorang perempuan muda berkacamata menyentuh bahu saya, berujar, “Permisi Mbak, saya mau sembahyang.” Dia memegang beberapa batang hio yang sudah dinyalakan dan karena saya menghalanginya persis di depan hio lo, tempat hio ditancapkan.(mediaindonesia.com/OL-5)

Potlot Adventure Selanjutnya...