Sunday, February 24, 2013

Potlot Adventure

Potlot Adventure


Air Terjun Napua, Percikan Kesegaran Milik Wamena

Posted: 23 Aug 2012 08:37 PM PDT

Air Terjun NapuaWamena – Kota Wamena di Papua tak hanya dikelilingi Pegunungan Jayawijaya, dengan Lembah Baliem yang membentang indah di tengahnya. Tak jauh dari pusat kota, terdapat Air Terjun Napua yang memercikkan air dingin nan segar.

Walaupun angin membawa hawa dingin, teriknya matahari siang itu tak ada bandingannya. Tak butuh waktu lama hingga saya dan beberapa wartawan yang meliput Festival Lembah Baliem 2012 menyetujui untuk datang ke sebuah tempat wisata.

Namanya Air Terjun Napua, dengan jarak tempuh setengah jam dari pusat Kota Wamena. Bisa kami bayangkan, pasti segar sekali terkena gemericik air di tengah terik matahari siang itu.

Jumat (10/8/2012), mobil sewaan kami melintasi jalanan menanjak yang berkelok. Panorama Kota Wamena tampak luar biasa indah dari atas sini. Pegunungan Jayawijaya menjadi teman selama perjalanan, berdiri gagah di kejauhan, seakan melindungi apa yang kami pijak sekarang.

Tiga mobil sewaan kami berbelok ke jalan setapak. Tak lama, tibalah kami di atas bukit hijau. Inilah titik awal trekking untuk bisa mencapai Air Terjun Napua.

Sepuluh menit pertama, ladang jagung mendominasi pandangan. Tanah masih nyaman dipijak, turunan dan tanjakan masih wajar, sedikit lumpur tak memberatkan langkah. Namun setelah itu, jalan setapak berubah menjadi kubangan lumpur. Butuh sedikit usaha untuk melewati beberapa turunan yang licin. Bukan karena hujan, tapi karena wilayah yang kami lewati adalah hutan hujan tropis.

Setelah melewati sungai dangkal dan jembatan kayu ringkih yang memacu adrenalin, kami tiba di Air Terjun Napua setelah trekking 20 menit. Lucunya, hal pertama yang tertangkap mata bukanlah air terjun melainkan Honai! Rumah bundar khas Papua itu berdiri di lahan datar, sebagai tempat beristirahat para pengunjung Air Terjun Napua.

Tebing lumut dan lanskap hijau langsung mendominasi pandangan. Tinggi air terjun itu sekitar 7 meter, memercikkan air yang sejuk bukan main. Saya langsung melepas sepatu dan membenamkan kaki sebatas betis. Segar sekali!

Hampir satu jam kami bermain air, mengabadikan momen sebanyak mungkin dari berbagai sudut. Teriknya matahari tak terasa lagi siang itu, tertutup oleh rimbun pepohonan dan percikan air terjun. Walaupun harus kembali bergelut dengan lumpur di perjalanan pulang, saya pun kembali ke mobil dengan perasaan segar!

Sumber: detikcom

Masjid Raya Bandung, Mahakarya Arsitektur Islam di Kota Kembang

Posted: 23 Aug 2012 08:23 PM PDT

Masjid Raya BandungTerletak di sisi alun-alun, Masjid Raya Bandung menjadi poros syiar Islam di Kota Kembang. Bangunan kuno ini telah bermetamorfosa menjadi sebuah masjid yang megah dan indah. Cocok untuk didatangi saat mudik Lebaran.

Siapa sangka bangunan megah itu dulunya hanya berupa panggung kayu sederhana. Masjid Raya Bandung, dulu dikenal sebagai Masjid Agung Bandung, mulai dibangun pada 1812. Waktu pertama berdiri hanya ada satu panggung tradisional dengan tiang kayu, berdinding anyaman bambu, dan beratap rumbia. Sebuah kolam besar tersedia untuk mengambil wudhu.

Baru mulai 1826, masjid ini menjadi bangunan berkonstruksi kayu. Masjid Raya Bandung akhirnya menggunakan batu bata dan atap genting, atas prakarsa Bupati R.A. Wiranatakoesoemah IV yang menjabat pada 1846-1874.

Mengutip situs resmi pariwisata Kota Bandung, Selasa (14/8/2012), letak Masjid Raya yang berada di tengah-tengah kegiatan komersial yang amat padat, merupakan ciri utama yang dimiliki masjid ini. Bangunan yang tampak seperti saat ini merupakan hasil beberapa kali renovasi. Sejak renovasi tahun 1826, pembongkaran kembali dilakukan pada 1850, 1900, 1930, 1955, hingga terakhir pada 2006 lalu. Renovasi itu termasuk penataan ulang alun-alun yang persis berada di depan Masjid Raya.

Sekarang, masjid ini sudah dilengkapi pagar tembok setinggi 2 meter bermotif sisik ikan, sebagai penanda ornamen khas Priangan. Atap tumpang susun tiga yang dipakai sejak 1850 diubah menjadi kubah model bawang bergaya Timur Tengah. Serambi diperluas, ruang panjang di bagian kiri-kanan masjid disatukan dengan bangunan induk. Dua menara kembar yang menjulang setinggi 81 meter menjadi ciri khas utama masjid ini.

Mulai sore hari, kawasan alun-alun sudah ramai pengunjung yang ngabuburit dan mencari takjil untuk berbuka. Adzan maghrib sebagai penanda senja lalu bergaung dengan indah, seakan membangunkan seluruh kota untuk kembali menghadap-Nya. Para mojang jajaka berbondong-bondong memasuki masjid ini untuk salat maghrib dan tarawih.

Kalau kampung halaman Anda adalah Kota Bandung, Masjid Raya menjadi tempat yang pas untuk salat Ied. Kalau Anda menyambangi Bandung saat mudik, jangan lupa singgah untuk beribadah sejenak. Rasakan atmosfer Kota Kembang yang sejuk dan nyaman sambil menikmati mahakarya arsitektur Islam.

Sumber: detikcom

Potlot Adventure Selanjutnya...

Aku Ingin Hijau

Aku Ingin Hijau


Lihat jalan berlubang di Jakarta? Tweet saja

Posted: 24 Feb 2013 04:15 AM PST

Namanya pengguna jalan, pasti kita sebal dan kesal kalau jalanan berlubang. Selain bikin macet, lubang juga tidak aman.

Masalahnya selama ini kita tidak tahu mau lapor kemana.

Sekarang sudah ada tweeter dari Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta yaitu @poskoDPUDKI

Anda bisa tweet dan foto jalan berlubang yang ingin dilaporkan dan akan ada follow up secepatnya.

Cara pelaporan yang sangat mudah ini ( bila anda punya tweeter) adalah salah satu terobosan pemerintah DKI Jakarta dan merupakan bukti pelaporan masyarakat yang transparan. Dengan tweeter maka masyarakat juga bisa membaca dan memonitor pelaporan dan follow up dari tweet yang pernah dikirimkan sehingga Dinas PU Jakarta akan lebih akuntabel.

Bravo pemerintah DKI Jakarta. Jangan lupa follow @PoskoDPUDKI.


Filed under: Berita Lingkungan Lokal, Jalan-jalan Tagged: Jakarta

Aku Ingin Hijau Selanjutnya...