Saturday, February 11, 2012

Potlot Adventure

Potlot Adventure


Air Terjun Srigethuk, Oase di Gunungkidul

Posted: 11 Feb 2012 04:33 PM PST

KABUPATEN Gunungkidul di Provinsi DI Yogyakarta makin terkenal dengan pantai-pantai barunya yang indah. Namun, selain pantai, wilayah ini juga dianugerahi dengan keindahan alam lain yakni gua dan air terjun. Air terjun Srigethuk adalah salah satu lokasi wisata baru yang menjadi buah bibir selama setahun terakhir ini.

Ketika saya berkunjung ke Srigethuk akhir pekan lalu, kesan pertama saya adalah adanya kemiripan dengan Green Canyon di Jawa Barat. Namun, tentu saja setiap lokasi memiliki keunikan sendiri-sendiri.

Pada dasarnya, inti objek wisata Srigethuk ini adalah tiga air terjun yang berada dalam satu lokasi. Ketiga air terjun tersebut jatuh di bebatuan yang sama kemudian bersama-sama mengalir di Sungai Oya. Masing-masing air terjun tersebut berasal dari tiga sumber mata air, yaitu Dong Poh, Ngandong, serta Bleberan. Selain ketiga air terjun utama, ada beberapa air terjun kecil — dalam bahasa Jawa disebut kriwikan — di lokasi tersebut.
Objek wisata ini masih cukup baru sehingga infrastruktur pun masih terbatas. Namun, jangan khawatir, sarana dasar seperti toilet dan warung makan sudah tersedia di sini. Hingga saat ini, objek wisata Srigethuk masih dikelola secara lokal oleh pihak Desa Bleberan.

Walaupun sarana masih terbatas, pihak pengelola telah membangun tangga batu dari tempat parkir menuju ke tepi sungai, sehingga wisatawan tidak perlu khawatir ketika menuruni tebing. Butuh waktu sekitar 5-10 menit untuk mencapai bibir sungai. Setibanya di pinggir sungai Oya, Anda akan dimanjakan dengan paduan warna kehijauan sungai serta tumbuh-tumbuhan yang mengelilinginya. Pohon-pohon kelapa menjulang tinggi tertiup angin.

Dari sini Anda tidak dapat langsung melihat air terjun utama, hanya sebuah air terjun kecil di kejauhan. Anda harus menaiki rakit untuk mencapai air terjun Srigethuk. Di sini Anda harus membayar Rp 5.000 per kepala untuk perjalanan pulang-pergi. Ada dua buah rakit yang beroperasi di sungai itu, yang mengangkut wisatawan secara bergantian.
Butuh waktu sekitar 10 menit untuk mencapai air terjun utama. Sebenarnya jaraknya tidak terlalu jauh, namun rakit berjalan sangat lambat. Dari atas rakit Anda dapat mengabadikan pemandangan yang memang mayoritas didominasi warna hijau. Semakin dekat, air terjun Srigethuk (yang juga dikenal dengan nama Slempret) ini semakin menakjubkan. Ketiga air terjun jatuh dari ketinggian sekitar 25 meter. Ketiganya bergabung menjadi satu di bebatuan yang berwarna kekuningan di bawahnya.

Setelah turun dari rakit Anda harus menyeberangi batu-batu basah itu untuk mendekati air terjun. Rasakan sensasi mandi di bawah Srigethuk! Banyak wisatawan yang memanfaatkan waktu untuk mandi dan berenang di sungai sekitar air terjun. Hijaunya air di sini adalah karena lumut, bukan karena limbah, sehingga aman untuk mandi.

Beberapa bagian dari Gunungkidul merupakan tanah tandus sehingga air yang berasal dari Sungai Oya dan air terjun Srigethuk bagaikan oase di Desa Bleberan ini. Air dimanfaatkan untuk pengairan daerah pertanian penduduk setempat. Vegetasi yang umum di wilayah tersebut adalah jagung, jati, serta kayu putih.

Bila sudah puas bermain-main di air terjun, Anda dapat menumpang rakit untuk kembali. Apabila perut sudah melilit, ada beberapa warung makan di sekitar tangga menuju ke tempat parkir. Cobalah salah satu menu khas Gunungkidul, yaitu tiwul. Tiwul adalah makanan yang dibuat dari singkong. Secara umum, tiwul manis dimakan untuk makanan ringan.
Menuju ke Srigethuk

Dari Yogyakarta, Srigethuk dapat dicapai melalui jalan Yogya-Wonosari. Sebelum sampai di Wonosari, tepatnya setelah lapangan udara Gunungkidul, Anda harus membelok ke kanan menuju ke Playen. Sampai di pertigaan pasar Playen, Anda kembali membelok ke kanan untuk menuju ke arah Desa Bleberan. Setelah itu akan ada penanda arah untuk menuju ke Srigethuk.

Tanda-tanda yang tersedia cukup banyak. Jalanan dari Yogyakarta hingga ke mulut Desa Bleberan sangat baik, namun setelah itu cukup buruk karena banyak bagian yang belum diaspal. Setiap orang yang berkunjung ke Srigethuk dipungut biaya Rp 2.000 sementara mobil Rp 3.000. Biaya itu sudah termasuk ongkos parkir, jadi masih sangat murah!

Selain Srigethuk, Anda juga dapat berkunjung ke Gua Rancang yang berada di desa itu. Biaya yang Anda bayarkan sudah termasuk kedua lokasi wisata sehingga Anda tidak perlu membayar lagi. Nah, saatnya wisata hemat ke Gunungkidul!

Kilauan Pasir Putih Pantai Bira

Posted: 11 Feb 2012 02:41 PM PST

LANGIT biru membentang luas. Kanvas alami ini begitu cerah diantara guratan-guratan awan tipis yang menjadi ornamen indah pemandangan pantai Bira. Saat langit cerah, berdirilah di tepi pantai. Diantara pasir putih yang berkilau, hiruplah aroma laut sambil menatap perairan biru yang memesona.

Surga tropis ini bisa Anda nikmati bila berkunjung ke Sulawesi Selatan tepatnya di Tanjung Bira yang merupakan lokasi wisata di Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba.

Jarak yang dibutuhkan dari Kota Bulukumba untuk menuju Tanjung Bira sekitar 40 km atau tepatnya, 200 km dari Kota Makassar. Perjalanan yang cukup jauh dan menyenangkan ini dapat ditempuh dengan menggunakan angkutan umum. Tarif yang ditawarkan berkisar antara Rp10 ribu-Rp40 ribu.

Sesampainya di lokasi wisata, siapkanlah uang Rp5.000 sebagai tiket masuknya. Jumlah ini tidak sebanding dengan keindahan pantai yang akan Anda rasakan. Bayangkan, dengan uang sejumlah ini Anda bisa merasakan kilauan pasir putih yang menjadi pesona utama pantainya.

Sekilas semuanya tampak indah dan menarik. Namun Anda mungkin masih bertanya-tanya, bagaimanakah bila datang dari tempat yang jauh dan tidak mungkin pulang pergi dalam waktu sehari? Hal ini tidak perlu Anda khawatirkan karena kawasan wisata Pantai Tanjung Bira telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti restoran, penginapan, villa, bungalow, dan hotel.

Harga yang ditawarkan juga relatif terjangkau. Perharinya Anda hanya perlu menyisihkan uang sebesar Rp100 ribu-Rp600 ribu. Selain itu, disediakan pula peralatan diving dan selam untuk menuju Pulau Selayar.

Dengan segala fasilitas yang ada, Anda tinggal memikirkan kapan waktu yang tepat untuk pergi berlibur serta berapa uang yang harus dibawa jika ingin menginap beberapa hari di pinggir pantai ini.

Anda ingin berenang atau berjemur, semua kegiatan ini akan terasa lengkap dengan keindahan sunrise dan sunset yang tampak dari titik horisontal di ujung cakrawala Pantai Bira. Pastika mata Anda tetap terjaga pada saat-saat yang indah ini. (*/OL-5)

Tiga Lokasi Wisata Air di Tegal

Posted: 11 Feb 2012 02:29 PM PST

JIKA kata ‘Tegal’ disebutkan, yang terlintas di benak kebanyakan warga Tanah Air pasti adalah warung makan sederhana yang menyajikan berbagai masakan rumah.

Tahukah Anda? Ternyata tak hanya identik dengan masakan ataupun bahasanya yang lucu, Kabupaten Tegal juga memiliki tempat-tempat wisata alam yang asyik untuk dikunjungi selama liburan, terutama wisata airnya. Dari beberapa wisata air yang ada di Tegal, ada tiga wisata air di Tegal yang kami rekomendasikan untuk Anda.

Objek Wisata Guci
Objek wisata ini berlatar belakang panorama pegunungan, air terjun, dan sumber air panas. Karena berada di kaki Gunung Slamet, daerah ini pun menjadi subur dan berudara dingin. Pemandian Air Panas Guci, terletak di Kecamatan Bumijawa, di lereng Gunung Slamet, sekitar 30 km dari Kota Slawi. Di Guci, ada 10 air terjun, di antaranya Pemandian Pancuran 13 yang memang memiliki pancuran berjumlah 13 buah.

Adapun penduduk setempat sering berendam dan mandi di Pancuran 7 karena dipercaya air di pancuran itu ampuh untuk menyembuhkan penyakit kulit. Bila Anda naik lagi, ada air terjun Jedor (diambil dari nama Lurah pada zaman dahulu). Di Guci juga disewakan kuda untuk menikmati pemandangan sekitar dengan harga terjangkau. Objek Wisata Guci sangat ramai terutama pada malam Jumat Kliwon.

Waduk Cacaban
Wisata air selanjutnya adalah Waduk Cacaban yang terletak di Kecamatan Kedungbanteng. Waduk ini menjadi menarik untuk dikunjungi karena berlatar belakang pemandangan hutan dengan panorama yang indah. Karena itu, selain berfungsi mengairi sawah-sawah di sekitarnya, waduk ini juga menjadi salah satu objek wisata andalan di Tegal.

Di tempat ini, Anda dapat bersantai dengan memancing ikan, berkeliling waduk dengan berjalan kaki atau dengan kapal motor. Bila lapar, tersedia banyak rumah makan yang menawarkan menu dengan masakan andalan aneka ikan air tawar.

Gunung Tanjung
Selanjutnya adalah Gunung Tanjung yang berlokasi di Desa Lebaksiu sekitar 7 km dari pusat pemerintahan. Gunung Tanjung merupakan wilayah pegunungan di mana Syech Maulana Maghribi dimakamkan. Tempat ini memiliki daya tarik alam pegunungan yang sejuk, kolam renang dengan air yang hangat dan dingin serta memiliki sumber air panas yang berkhasiat. Akomodasi pada objek wisata ini pun cukup mudah didapat dan terdapat banyak hotel dan vila untuk Anda beristirahat ataupun menginap.

Sebenarnya masih banyak objek wisata air yang potensial di Tegal. Sayangnya, karena kurangnya promosi, akses yang masih terbilang sulit, sarana dan prasarana yang kurang memadai, serta kurangnya pemeliharaan, tempat-tempat itu pun belum dapat terekspos secara maksimal.(Pri/OL-5)

Pesona Goa Akbar di Kota Wali

Posted: 11 Feb 2012 03:12 AM PST

KOTA Tuban, Jawa Timur tidak hanya tersohor karena minuman segarnya ‘legen’ yang diteres dari daun aren atau pegunungan kapurnya untuk dimanfaatkan industri pembuatan semen.

Tuban kini mendapat julukan kota seribu gua. Titel itu diberikan karena sejatinya di kabupaten ini terdapat sedikitnya seribu goa. Salah satunya Goa Akbar yang telah ditawarkan sebagai salah satu lokasi wisata unggulan sejak 1996 lalu. Berwisata dengan mengunjungi goa mungkin sudah tidak asing bagi Anda yang memiliki hobi traveling. Namun Goa Akbar, yang lokasinya persis di bawah kota, berbeda dengan lazimnya goa lainnya.

Kebanyakan orang mungkin mengira, tempat wisata yang berupa goa selalu identik dan berdekatan dengan hutan belantara atau pegunungan. Dan inilah, salah satu keunikan goa yang memiliki luas sekitar 0,5 hektare yang berada di Dukuh Ngabar, Kelurahan Gedongombo, Kecamatan Tuban Kota.

Goa yang memiliki nama asli Goa Ngabar ini diambil dari nama pedukuhan setempat. Selain itu, dahulu di sekitar goa banyak tumbuh pohon ngabar–sejenis pohon beringin yang memiliki batang kulit berwarna putih dan memiliki ranting menjulur ke bawah.

Untuk kelestariannya, di lokasi ini juga masih dirawat sebatang pohon ngabar sebagai simbolnya. Pemberian nama Akbar pada gua juga dikarenakan ruangan gua yang sangat luas dan besar. Selain itu, nama Akbar juga merupakan akronim dari Aman, Kreatif, Bersih, Asri, dan Rapi– yang tak lain adalah slogan dari Bumi Ronggolawe ini.

Ruangan dalam goa ini saling terhubung dan banyak memiliki keunikan yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Misalnya, goa yang terletak persisnya di bawah pasar induk tradisional setempat masih tampak alami.

Terhubung pantai
Sejatinya, goa yang memiliki lorong sepanjang 1,2 kilometer ini adalah bagian atas saja. Sementara, pada bagian bawahnya juga terdapat ruangan yang tidak kalah luas. Sejumlah lorong yang ada di dasar goa ada diantaranya yang mengarah ke utara dan terhubung hingga pantai pesisir utara. Jaraknya sekitar 2 kilometer di pesisir pantai.

Sedangkan untuk lorong yang mengarah ke timur juga tersambung dengan Goa Ngerong– sebuah obyek wisata goa lainnya yang terletak di bagian selatan Kota Tuban persisnya di pinggir Anak Sungai Bengawan Solo. Padahal, jarak antara Goa Ngerong dengan Goa Akbar tidak kurang dari 27 kilometer.

Untuk lorong yang mengarah ke barat terhubung dengan sungai bawah tanah Srunggo yang letaknya di wilayah Kecamatan Merakurak. Namun, lorong yang menuju ke bagian bawah ini sengaja dirahasiakan dan tidak dibuka untuk umum.

Sisi religius
Masyarakat Tuban percaya keberadaan Goa Akbar tersebut memiliki keterkaitan historis dengan sejarah perjuangan Wali Songo (Wali Sembilan), penyebar agama Islam di Pulau Jawa.

Dikisahkan, saat itu Sunan Bonang melihat goa ini waktu diajak oleh Sunan Kalijogo (Raden Mas Sahid), seorang putra Bupati Tuban kala itu. Sehingga, beberapa tempat di goa ini oleh sejumlah kalangan dipercaya sebagai tempat Sunan Kalijogo dan Sunan Bonang pernah bertapa. Misalnya, ceruk yang diberi nama Pasepen Koro Sinandhi yaitu, tempat pintu yang dirahasiakan.

Ceruk ini sangat kecil pintunya dan untuk masuk ke dalamnya, orang harus merangkak atau membungkuk. Warga sekitar percaya prosesi membungkuk ini memiliki makna filosofis yang tinggi yakni, pengunjung diingatkan bahwa dihadapan Tuhan semua harus bersikap diri.

Pada sisi lain, dalam gua terdapat sebuah ruangan yang bisa digunakan untuk melaksanakan ibadah salat dan oleh Pemkab Tuban telah ditata sedemikian rupa seperti musola plus dengan tempat wudhunya.

Pada ruangan lainnya yang cukup luas juga diberi nama Paseban Wali. Lokasi ini, juga dipercaya sempat digunakan oleh para Wali Songo untuk berkumpul dan menyampaikan ajaran agama Islam. Apalagi, letak ruangan ini juga mirip dengan ruang pertemuan yang bagian atapnya terdapat lubang-lubang udara hingga cahaya matahari masuk ke dalam dengan jelas.

Adapun stalaktit dan stalagmit juga seakan menjadi hiasan ruangan pertemuan dengan adanya batu-batu besar yang terletak di bagian depan ruang, yang seolah menjadi podium bagi pembicara. Dan pada salah satu ruangan, juga terdapat bongkahan batu yang dikelilingi pagar tembok bertuliskan Perapian Empu Supa.

Paska resmi dibuka oleh Bupati Tuban Hindarto pada 1996 lalu, setiap ruangan dalam goa yang dihubungkan dengan lorong-lorong ini diberi pegangan tangan dari pipa besi. Kini, dalam perkembangannya, pipa pengangan itu telah di ganti stainlis.

Pada lorong-lorongnya yang gelap dipasangi lampu aneka warna hingga suasana menjadi nyaman. Gelapnya, lampu yang ada dalam gua ini disebabkan karena sebagian penerangan tidak terawat. Di tempat ini pengungjung dianjurkan tidak merokok, berkata-kata, dan berbuat tidak sopan. Pagar pembatas juga sengaja dibuat agar pengunjung tidak sampai mengeksplorasi tanpa arah saat berada di dalam goa.

Umumnya, pada wisatawan domestik yang berkungjung di goa ini adalah rangkaian paket wisata religi Sembilan Wali. Karena, memang di Kabupaten Tuban ini merupakan wilayah lintasan strategis yang terdapat makam salah satu Wali Sembilan yakni, Sunan Bonang letak persisnya, berada di Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Tuban Kota dan bersebelahan dengan pendopo kabupaten serta alun-alun kota.(M-1)

Gunung Merbabu, Favoritnya Para Pendaki

Posted: 11 Feb 2012 03:07 AM PST

BAGI Anda penggemar naik gunung atauhiking pasti sudah tidak asing lagi dengan Gunung Merbabu yang terletak di Magelang, Jawa Tengah. Keindahan alamnya mampu mengembalikan setiap energi yang telah hilang setelah lelah mendaki.

Terletak di Provinsi Jawa Tengah dengan ketinggian 3.142 meter di atas permukaan laut pada puncak Kenteng Songo. Gunung ini dikenal sebagai gunung tidur meskipun sebenarnya memiliki 5 buah kawah: kawah Candradimuka, Kombang, Kendang, Rebab, dan Sambernyawa.

Terdapat 2 buah puncak yakni puncak Syarif (3119 meter di atas permukaan laut) dan puncak Kenteng Songo (3142 meter di atas permukaan laut).

Merbabu memang sering digunakan sebagai ajang kegiatan pendakian. Medannya tidak terlalu berat namun potensi bahaya yang harus diperhatikan pendaki adalah udara dingin, kabut tebal, hutan yang lebat namun homogen, serta ketiadaan sumber air.

Puncak Gunung Merbabu dapat ditempuh dari Cunthel, Thekelan, (Kopeng / Salatiga) Wekas (Kaponan / Magelang) atau dari selo (Boyolali). Namun rupanya akan lebih menarik bila Anda berangkat dari jalur Utara (Wekas, Cunthel, Thekelan) turun kembali lewat jalur selatan (Selo).

Pemandangan yang sangat indah dapat disaksikan disepanjang perjalanan, hal itulah yang membuat para pecinta hiking tidak bosan mendaki Merbabu sampai berkali-kali.

Di sekitar Gunung Merbabu, banyak juga terdapat gunung lainnya, diantaranya adalah Merapi, Telomoyo dan Ungaran. Gunung Merbabu ini jika dilihat juga membentuk garis deretan gunung berapi ke arah utara Merapi – Merbabu รข€" Telomoyo-Ungaran.

Gunung Merbabu dahulunya dikenal melalui naskah-naskah masa pra-Islam sebagai Gunung Damalung atau Gunung Pam(a)rihan. Di lerengnya pernah terdapat pertapaan terkenal dan pernah disinggahi oleh Bujangga Manik pada abad ke-15.

Menurut etimologi, ‘merbabu’ berasal dari gabungan kata ‘meru’ (gunung) dan ‘abu’ (abu). Nama tersebut akhirnya muncul pada catatan-catatan Belanda. Merbabu rupanya juga pernah meletus pada tahun 1560 dan 1797. (*/OL-08)

0 comments: